Satu Jam di Markas FIFA

SEBUAH kehormatan dalam hidup saya, Presiden FIFA Joseph S Blatter menerima kunjungan rombongan asal Sulawesi Utara (Sulut), Kamis jam 15.30 waktu setempat. Berlokasi di markas FIFA di Zurich Swiss, Blatter dan Wakil Presiden FIFA Michel Platini, menerima kedatangan kami dengan ramah.

Sebenarnya saya tak ingin menulis tentang kegiatan kami di markas FIFA. Tapi lantaran sejumlah kawan dan jurnalis di Jakarta mendorong saya untuk menulis laporan perjalanan kami, maka akhirnya saya turuti. Apalagi mereka setengah mengancam akan menyamai saya seperti Anggota Dewan yang doyan studi banding.

Tapi okelah, lagipula saat ini saya sedang dalam suasana santai di lobi sebuah hotel yang menyuguhkan panorama alam. So, keinginan untuk menulis pun muncul.

Saya dan beberapa pengurus PSSI Pengda Sulut, memang sudah merencanakan pertemuan tersebut. Target kami sebenarnya menawarkan kerja sama dengan FIFA untuk menyediakan tenaga terlatih dan fasilitas olah raga. Kebetulan, saya ditugasi oleh Gubernur Sulawesi Utara Pak Sinyo Sarundajang, untuk membantu pembangunan infrastruktur ‘Bumi Nyiur Melambai’.

Sebenarnya, tak akan sulit menemui Pak Blatter. Apalagi sebelumnya, kami sudah mengirim surat via email, tentang rencana kunjungan rombongan dari Sulut. Singkat cerita, menjelang sore, sekretaris Pak Blatter mempersilakan kami menunggu di ruang tamu.

Tak sampai 10 menit, Pak Sepp Blatter datang, diikuti di belakangnya Pak Michel Platini. Kami semua tersenyum sumringah. Apalagi sahabat saya Fabian, merupakan penggemar Platini, yang pernah menjadi pemain sepakbola asal Prancis.

Pembicaraan kami berlangsung secara informal, jadi tak ada seremoni. Pihak FIFA juga sebelumnya telah menerima laporan tentang maksud kunjungan kami, sebagai Staf Khusus bindang Investasi Gubernur Sulawesi Utara.

Pak Blatter tampaknya sudah mengetahui kondisi sepakbola di Tanah Air. Di mulai dari polemik di tubuh PSSI sejak dipimpin Nurdin Halid, hingga belum jelasnya status kepemimpinan PSSI saat ini. Beliau juga bercerita tentang kemajuan sepakbola di negara-negara berkembang, hingga kasus korupsi di club sepak bola di Eropa.

Dalam paparannya, Pak Blatter menyambut baik setiap upaya memajukan sepakbola. Baginya, sepakbola adalah sebuah industri ekonomi yang harus ditangani dengan baik. ”Mau tak mau, sepak bola itu adalah industri karena membutuhkan pihak-pihak terkait,” katanya.

Organisasi sepakbola dunia ini berharap Indonesia segera mengembangkan industri sepakbola, karena sepakola di Tanah Air dinilai memiliki potensi yang sangat besar. FIFA juga menjanjikan pengembangan pemain-pemain muda Indonesia, apabila Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bisa stabil dan lepas dari kekisruhan.

Menurut Blatter, potensi industri sepakbola Indonesia sangat besar, jika dapat dijalankan dengan baik.Namun demikian, untuk mencapai keberhasilan dalam mengembangkan industri sepakbola di Indonesia harus ada syaratnya. Salah satunya adalah kondisi sepakbola nasional harus stabil, sehingga program-program pengembangan bisa dilakukan.

Presiden FIFA kepada kami mengaku sangat memperhatikan perkembangan sepakbola di Indonesia. Karena itu mereka sangat menyayangkan PSSI tidak kunjung menyelesaikan masalahnya. ”Kuncinya: jangan sampai kisruh lagi,” kata Blatter, dengan nada sedih.

Memang dalam beberapa bulan terakhir, masalah di PSSI belum juga kunjung selesai. Meski sudah dibentuk Badan Normalisasi PSSI, pergantian pengurus sampai saat ini belum menemui titik terang.

Tapi yang jelas, pembicaraan kami tak masuk ke ‘ranah politik’. Akhir-akhir ini memang masalah PSSI sedang disorot publik Tanah Air, setelah FIFA memutuskan untuk merombak susunan Komite Normalisasi dengan mengganti lima anggotanya. Perombakan ini terjadi karena FIFA menilai lima anggota Komite Normalisasi berafiliasi kepada Liga Primer Indonesia. Surat yang ditandatangani oleh Sekjen FIFA Jerome Valcke tersebut kabarnya ditujukan kepada Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar. Komite Normalisasi yang diketuai Agum Gumelar terdiri dari tujuh anggota, yakni Djoko Driyono, Dityo Pramono, Siti Nurzanah, Sukawi Sutarip, Samsulashar, FX Hadi Rudyatmo, dan Satim Sofyan.

Ini sekaligus menjawab pertanyaan teman jurnalis di Jakarta yang beberapa jam lalu genjar mengirim pesan singkat SMS, tentang kehadiran saya di markas FIFA. ”Tenang aja Mas. Saya saat ini gak ada niat masuk bursa Ketua Umum PSSI kok. Btw, lebih baik BBM-an aja, SMS kan kena roaming. Hehehe,” begitu SMS saya terakhir.

Dan yang teringat dalam pertemuan tersebut, tentang komitmen FIFA dalam mengembangkan masa depan sepakbola nasional, termasuk di Sulut. Pak Blatter pun tampaknya mengamini. Pihak FIFA dan beberapa club raksasa seperti Barcelona dan Chelsea, memiliki agenda kerja mengunjungi Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Terakhir, sebelum sesi foto bersama dengan Pak Blatter dan Pak Platini, kami mempersilakan FIFA menjalin kerja sama yang lebih khusus, seperti mendirikan sekolah sepakbola dan membantu penyediaan sarana olah raga sepakbola. ”Jangan lupa memasukkan Indonesia dalam agenda tuan rumah Piala Dunia ya Pak,” begitu kira-kira canda saya menutup diskusi yang diiringi derai tawa.

1305280473542964569

Posted via email from Jackson Kumaat

0 komentar: