Catatan Pilkada Bagian 3: Berpolitik Santun dan Cantik (http://kompasiana.com)

26 Agustus 2010

BAGI pengusaha yang memulai terjun ke dunia politik, bagaimana perasaannya? Mungkin ragu-ragu, pesimis, atau bahkan tidak yakin bisa memenangkan pertarungan. Faktanya, sering kita sendiri yang membatasi kesuksesan bagi diri kita. Kita terlalu pesimis memandang hidup. Seolah nasib yang tengah dialami tidak bisa diubah.

 

Bagi saya, pecundang tidak mungkin lahir di bumi ini. Sebab untuk menjadi janin, satu sperma harus menjadi pemenang dan telah mengalahkan jutaan yang lain. Dalam konteks Pilkada kota Manado, saya termasuk sukses atau gagal? Menurut saya, keduanya dimulai dalam pikiran dan kepercayaan di dalam diri.

 

Antara kesuksesan dan kegagalan ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Untuk meraih kesuksesan, Kita sering harus melewati kegagalan demi kegagalan, seberapapun besar atau kecilnya sebuah kegagalan tersebut. Saya mungkin termasuk yang tidak sepakat dengan ungkapan bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda.

 

Introspeksi itu memang perlu dan penting. Sebagai manusia biasa, tentunya wajar bereaksi negatif atas keterpurukan. Kemenangan sesungguhnya adalah masih adanya kemampuan berpolitik yang santun dan cantik, dimanapun berada dan sampai kapanpun.

 

Santun yaitu menjadi figur yang dapat masuk ke berbagai kelompok, dan cantik dalam arti bisa menempatkan diri di setiap tempat.

 

Meski saya tersingkir dari pesta demokrasi di Manado Sulawesi Utara, tapi saya tetap akan hadir di tengah masyarakat. Rasa marah dan malu itu, sudah saya redakan. Perasaan gusar itu sudah lenyap. Kini, waktu dan tenaga saya akan gunakan kegiatan bisnis saya dalam membangun Sulawesi Utara, khususnya kota Manado.

Lebih Jelasnya....

Posted via email from Jackson Kumaat

0 komentar: