Catatan Pilkada Bagian 2: Cara Memenangkan Kekalahan Sebenarnya (http://kompasiana.com)

KEIKUT-SERTAAN saya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Manado, memberikan catatan kecil bagi saya. Mudah-mudahan, tulisan kecil ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun, untuk menyikapi perkembangan sosial-politik di masyarakat.

 

Dalam catatan saya sebelumnya, kekalahan dalam Pilkada telah menciptakan sebuah makna positif dalam hidup saya, khususnya untuk kegiatan bisnis dan keluarga. Kali ini, saya coba berbagi pengalaman bagaimana melepaskan diri dari keputus-asaan setelah terjerembab jatuh usai Pilkada.

 

Awalnya, saya emosional atas situasi yang terjadi, saat pengumuman quick qount pada 3 Agustus 2010. Padahal selama ini, saya sangat menghormati hasil survei, terutama yang dilakukan secara metode ilmiah. Ya, saya akui saya geram atas hasil quick qount. Tapi, di malam hari itu, saya mengurung diri di kamar dan berdoa.

 

Mungkin, itulah titik awal pengalaman spiritual saya. Saya percaya, putusan apapun yang diberikan, merupakan jawaban TUHAN atas kegiatan saya. Saat itu juga, saya berkomunikasi dengan istri tercinta, dalam menghadapi masa depan usai Pilkada di Manado.

 

Saya jadi ingat sebuah kisah yang pernah tercatat di buku rekor Guinness Book. Pada tahun 2005, Percy Arrowsmith dan Florence tercatat sebagai suami istri tertua di dunia. Mereka telah menikah selama 80 tahun. Percy berusia 105 tahun, sedangkan istrinya 100 tahun. Namun, keduanya masih saling mencintai. Apa rahasianya?

 

“Sederhana!” kata mereka. “Kami tidak akan pergi tidur sebelum menyelesaikan konflik. Tidak enak tidur membawa kemarahan. Jika bertengkar, kami berusaha saling mengampuni sebelum larut malam, supaya hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.”

Bagi sebagian kalangan, bisa jadi kemarahan meluap, ketika kita dicurangi, dituduh bersalah, atau saat melihat ketidakadilan.

Meski saya tersingkir dari pesta demokrasi di Manado Sulawesi Utara, tapi saya tetap akan hadir di tengah masyarakat. Rasa marah dan malu itu, sudah saya redakan. Malah jika perlu, saya akan gunakan kegiatan bisnis saya dalam membangun Sulawesi Utara, khususnya kota Manado.

 

Salam Kompasiana !

Lebih Jelasnya...

Posted via email from Jackson Kumaat

0 komentar: