JAK Jadikan Natal untuk Pembaharuan Keluarga

TARERAN— Bakal calon wakil gubernur Sulut Jackson Kumaat (JAK) menghadiri Ibadah Natal Keluarga Besar Kumaat se-Minahasa, di gereja GMIM Lansot  I Tareran Minahasa Selatan. Acara yang digelar tadi malam (27/12) tersebut, dihadiri sekitar 500 warga jemaat dan keluarga besar Kumaat.
Ibadah Natal  ini mengambil tema dari Amsal 17:17, yakni ‘Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran’. ”Kami senang menerima undangan ini, karena merupakan respon positif atas dukungan moral dari saudara sendiri,” kata Jackson usai ibadah Natal. Dalam ibadah tersebut, juga dihadiri seluruh majelis gereja dan aparatur pemerintahan setempat. Jackson mengaku membawa serta istri dan dua anak-anaknya dari Jakarta, untuk menyapa secara langsung kekerabatan warga Tareran.
Lebih lanjut ia mengatakan, hubungan baik internal keluarga merupakan faktor utama penentu roda perekonomian. Menurut dia, keluarga sudah saatnya ditempatkan sebagai ‘motor’ nilai budaya, sekaligus ‘bahan bakar’ sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.
”Selama ini keluarga dianggap sebagai pelengkap dalam kehidupan, padahal keluarga adalah penopang semangat kerja. Melalui sebuah keluarga harmonis, suami atau istri yang bekerja di kantor atau instansi pemerintahan, dapat menghdari perilaku korupsi,” kata dia.
Ia mengungkapkan, momentum Natal dan Tahun Baru 2010, perlu menjadi momentum perubahan dalam internal keluarga. ”Hubungan anggota keluarga yang harmonis, tentunya akan menyurutkan niat seorang ayah untuk melakukan korupsi,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Sulut Freddy Sualang menyampaikan terima kasih kepada warga Tareran Minsel, yang telah mengundangnya dalam ibadah Natal Keluarga Besar Kumaat. Menurut Freddy, Natal harus dijadikan titik awal perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
”Perubahan itu bukan hanya untuk keluarga Kumaat dan umat Kristen, tapi juga bagi seluruh masyarakat,” ujar dia.  
KAGUM WALANDA MARAMIS
Sementara, figur kepemimpinan di Sulawesi Utara saat ini nyaris kehilangan pikiran dan perbuatan Walanda Maramis, pahlawan nasional Indonesia yang gigih memperjuangkan kesetaraan gender. Budaya dan prilaku perempuan Indonesia khususnya di Sulut, saat ini mulai terpengaruh oleh budaya asing yang bertolak-belakang dengan nilai-nilai luhur.
Demikian dikatakan Jackson Kumaat (JAK), calon Wakil Gubernur dari PDI Perjuangan kepada wartawan di Manado. Jackson mengatakan hal itu, usai melakukan ziarah memperingati Hari Ibu di makam Walanda Maramis di kawasan Maumbi Minahasa Utara.
”Kondisi kepemimpinan sekarang sangat berbahaya, jika tidak meneladani perbuatan Bunda Walanda Maramis,” kata Jackson. Menurut dia, figur Walanda Maramis atau nama aslinya Maria Josephine Catherine Maramis perlu ditumbuh-kembangkan, karena semasa hidupnya berhasil mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Apalagi, Walanda yang lahir di Kema, sebuah kota kecil yang sekarang berada di Minahasa utara, adalah sosok sederhana dan giat bekerja keras.
“Meski Maramis menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal, tapi Bunda mampu eksis dalam dunia pendidikan,” kata dia mengenang perjuangan keluarga Maramis.
Jackson mengaku kagum dengan tulisan hasil karya Maramis, yang hingga kini masih diabadikan oleh Gedung Arsip Nasional. Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam keluarga dimana adalah kewajiban ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya.
”Keteladanan seorang ibu itulah yang perlu ditiru. Jangan sampai kita terbuai dengan prilaku konsumtif yang tak berguna bagi keluarga dan masa depan anak-anak,” katanya.
Dalam perjuangannya, Maramis bersama beberapa orang lain mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917. Tujuan organisasi ini adalah untuk mendidik kaum wanita yang tamat sekolah dasar dalam hal-hal rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, pekerjaan tangan, dan sebagainya.
Pada tahun 1919, sebuah badan perwakilan dibentuk di Minahasa dengan nama Minahasa Raad. Mulanya anggota-anggotanya ditentukan, tapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya. Hanya laki-laki yang bisa menjadi anggota pada waktu itu, tapi Maramis berusaha supaya wanita juga memilih wakil-wakil yang akan duduk di dalam badan perwakilan tersebut. (*)

http://mdopost.com/news2009/index.php?option=com_content&view=article&id=12901:jak-jadikan-natal-untuk-pembaharuan-keluarga&catid=34:berita-utama&Itemid=53

Posted via web from Jackson Kumaat

0 komentar: