Bunaken bagi Mr dan Mrs Smith

Kemarin siang, saya berangkat dariManado menuju Jakarta melalui transportasi udara. Bandara Sam Ratulangi yang kini menjadi bandara berkelas internasional, memang sudah banyak berubah.

 

Sebelumnya, beberapa tahun lalu, bandara ini kurang begitu layak didarati oleh pesawat berbadan lebar. Tapi kini, Bandara Sam Ratulangi sudah mampu menampung ribuan penumpang per harinya. Saya pun agak kikuk, ketika berpapasan dengan sejumlah turis mancanegara di ruang tunggu bandara.

 

Memang, para turis sudah biasa lalu lalang di kota Manado. Mereka datang ke ‘kota tinutuan’ bukan untuk berbelanja, melainkan untuk berwisata kePulau Bunaken. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian besar warga Manado berperilaku hidup konsumtif.

 

”How are you, Sir?” saya pun spontan menyapa, dan berusaha tersenyum ramah.

 

”Baik-baik sajah,” begitu jawabnya, dengan logat ala Eropa.

 

Saya sempat membelalakkan mata, terkejut. Saya tak mengira, pertanyaan saya disambut ‘Si Bule’ dengan bahasa Indonesia. Hampir saja, saya garuk-garuk kepala kebingungan. Lawan bicara saya bernama Smith dan istrinya, dating dari Berlin Jerman. Mr dan Mrs Smith datang ke Manado untuk keperluan studi penelitian terumbu karang Bunaken, bersama aktivis LSM setempat.

 

Saya berkelakar, bahwa wajah Mr dan Mrs Smith mirip di film Hollywood yang berjudul ‘Mr and Mrs Smith’. Dan, mereka berdua tertawa. Mr dan Mrs Smith ternyata sudah cukup lama menetap di kota Manado. Bahkan, lidah mereka sudah terbiasa mencicipi bubur Manado dengan sambal rica yang terkenal pedas itu.

 

Mr Smith pun bercerita dalam bahasa Indonesia, bahwa terumbu karang Bunaken saat ini kondisinya masih memprihatinkan. Ia kemudian menunjukkan beberapa foto terumbu karang yang kondisinya rusak oleh karena faktor manusia. Meski beberapa waktu lalu digelar World Ocean Conference (WOC), namun follow up dan rekomendasi kegiatan tersebut, belum membuahkan hasil untuk saat ini.

 

Saya salut dengan aktivitas Mr dan Mrs Smith. Kepedulian mereka untuk membantu pemulihan terumbu karang bunaken, patut diacungi jempol. Mungkin di Indonesia atau khususnya di Sulawesi Utara, sangat sedikit yang peduli untuk membenahi kerusakan terumbu karang. Tapi bagi Mr dan Mrs Smith, upaya kecil apapun bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi masa depan alam bawah laut Bunaken.

 

Tapi yang terpenting dari semua itu, yakni political will (kemauan politik) pemerintah dalam hal ini instansi terkait di tingkat nasional dan lokal, untuk mengeluarkan kebijakan strategis dalam mengelola Taman Nasional Bunaken. Warga di Pulau Bunaken dan pengunjung yang ingin berwisata menyelami dasar laut Bunaken, perlu diberikan pemahaman untuk melindungi alam. Minimal, tidak membuang sampah ke laut. [Jackson kumaat]

Posted via web from Jackson Kumaat

0 komentar: