Negosiasi Klakson di Warung Buncit

Banyak pengguna jalan mengeluhkan kemacetan lalu lintas yang terjadi kemarin malam (25/10/2010), akibat hujan deras yang turun menjelang jam pulang kantor. Saya menjadi salah satu warga yang turut menjadi korban kesemrautan lalu lintas ibukota. Malam itu, banjir memang membuat ibukota negeri ini kacau-balau.

Antrian panjang di sepanjang Jalan Warung Buncit Raya Jakarta Selatan, mulai terjadi selepas pukul 17.00 WIB. Antrian semakin menggila, karena ratusan bahkan ribuan sepeda motor berusaha menyalip dari sela-sela mobil. Saat itu, saya hendak ke kantor di Jalan Warung Buncit, dari arah Ragunan.

Saya pun berinisiatif membunyikan klakson, begitu kaca spion mulai bersentuhan dengan stang sepeda motor. ”Lain kali hati-hati ya,” begitu saya bergumam dalam hati.

Tentunya, suara saya tak terdengar oleh pengendara motor tersebut. Saya Cuma pasrah ketika sejumlah sepeda motor tampak ngotot menyalip dari sebelah kanan, padahal di situ tak cukup untuk lebar body motor.

Ternyata, sepeda motor tersebut mulai ke arah kanan, karena ada genangan di sisi kiri jalan, yang biasa menjadi rute motor. Kini, benar-benar macet, dan berhenti sama sekali. Satu persatu mobil membuka kaca jendela, dan beberapa di antaranya turun untuk merokok.

Sekitar 10 meter di depan saya ada genangan, di dekat putaran Warung Buncit. Saya ingat di sana ada sebuah kali kecil, entah apakah itu yang namanya Kali Krukut atau Kali Pulo. Beberapa sepeda motor nekat menerobos. Akibatnya bisa ditebak, mereka mogok di tengah genangan air yang mulai mengalir deras.

Kini, pemandangan tragis terlihat. Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Sejumlah mobil mulai mogok di arah berlawanan. Kemungkinan mereka tak sabar menunggu genangan air surut. Sebenarnya, saya juga tak sabar, tapi saya tidak mau mengambil resiko.

Hingga pukul 9 malam, genangan air pun belum surut. Banyak mobil dan motor mematikan mesin. Saya makin jenuh dan bosan, sedangkan suara klakson bersahut-sahutan terdengar di ujung jalan.

Dan sekitar pukul 10 malam, barulah aksi nekat dilakukan. Sejumlah mobil di depan saya berupaya menerobos genangan dan berhasil sampai ke atas cekungan. Suara klakson makin hiruk-pikuk. Ada yang meminta didahulukan, ada juga yang sekedar asbun (asal-bunyi).

Yang penting, saya berhasil tiba di kantor untuk memeriksa keadaan mesin, khususnya kondisi knalpot yang kemasukan air. Itulah sepenggal cerita saya saat hujan melanda di Jakarta. Praktis, biasanya dari rumah menuju kantor ditempuh 30 menit, kini saya tempuh selama 5 jam! Tabik!

Posted via email from Jackson Kumaat

0 komentar: