Woku Kebanggaanku

SEBUAH perjalanan panjang, tak lagi terasa membosankan ketika menikmati lezatnya makanan. Ketika mendapati woku belanga, akhirnya rute darat melelahkan sejauh 50 kilometer, lenyap sudah.

Sebenarnya saya sudah pernah ke rumah makan ini. Namanya ‘Bumi Toumpasak’, yang terletak di Desa Liwutung Kecamatan Tombatu Minahasa Tenggara Sulawesi Utara. Pemilik restoran, Marice Laoh langsung sumringah, ketika melihat kedatangan saya, sambil cipika-cipiki mengucapkan Selamat Tahun Baru.

Woku adalah salah satu masakan Manado yang sangat populer. Sebenarnya woku terdiri atas dua jenis, woku belanga dan woku daun. Nah, Tante Marice memang menyajikan menu khas nasional, karena hanya menyajikan menu ikan tawar, yang dipelihara di dalam kolam ikan sekeliling rumah makan.

Keduanya dimasak dengan bumbu yang sama, tetapi yang membedakan adalah cara memasaknya. Woku belanga dimasak di dalam belanga atau panci, sedangkan woku daun dimasak dalam bungkusan daun pisang, mirip seperti pepes. Woku juga ada yang basah dan kering.

Woku basah biasanya didapat dengan cara menambahkan santan. Di Manado, woku digunakan untuk memasak berbagai jenis seafood, seperti ikan, telur ikan, udang, cumi, kepiting, dan juga ayam.

Agar woku memiliki rasa lezat berbagai bumbu dapur lengkap digunakan Mulai dari bawang putih, bawang merah, sereh, lengkuas, kunyit, kemiri, jahe, dan daun pandan serta daun bawang. Biasanya, perlu menumbuk bahan bumbu tersebut lantas menumisnya. Nah, setelah harum barulah menambahkan ikan atau ayam, lalu diberi air secukupnya.

Setiap jenis ikan yang dimasak dengan bumbu woku pun memiliki perlakukan yang berbeda, tergantung jenis ikannya. Bila ikan yang dipakai adalah goropa atau bobara, biasanya dilapis dulu dengan daun pepaya rebus, sebelum kemudian dibungkus daun pisang.

Akhirnya, lengkap sudah memuaskan lidah dan isi perut saya. Saya senang sekali menikmati menu kuliter daerah sendiri, di tengah godaan fried chicken asing yang meraja-rela di penjuru negeri. Jika bukan kita sendiri yang menikmati hidangan sendiri, lantas siapa lagi yang melestarikannya?

Posted via web from Jackson Kumaat

0 komentar: