Frans Seda: Membalas Kekerasan dengan Cinta Kasih

ALMARHUM Frans Seda yang saya kenal sebagai tokoh pluralis semasa hidupnya, patut diakui, masih dikenang sebagai tokoh Kristiani di Sulawesi Utara. Mantan menteri keuangan di era Orde Baru (Orba) tersebut, juga menjadi inspirator bagi kalangan lintas-agama, tentang pentingnya kerukunan umat beragama.

Om Frans mengilhami generasi muda menjelang dimulainya reformasi, untuk melakukan perubahan secara damai dan tidak anarkis. Sama seperti Gus Dur, saya mulai mengenal sosok Frans Seda, ketika para mahasiswa mengharapkan dukungan reformasi dari kalangan Orba.

 

Bagi saya, Frans Seda memiliki semangat yang ada pada diri Gus Dur, yakni mempu mempersatukan bangsa, di tengah krisis moneter dan krisis ketidak-percayaan. Saya percaya, masyarakat Sulut tak akan pernah melupakan kebijakan ekonomi yang dilakukan almarhum.

 

Semantara itu, di saat terjadinya aksi-massa atas perusakan rumah ibadah, Om Frans begitu gigih berbicara di berbagai forum, agar tidak membalas dengan kekerasan, melainkan dengan cinta kasih.

 

Keteguhan sikap Frans Seda yang cinta damai semasa karir di institusi pemerintahan, merupakan cermin dari seorang pemeluk agama yang taat. Frans tidak pernah menjatuhkan lawan politik lewat kata-kata, bahkan tak membalas ketika disakiti.

 

Menurut dia, generasi muda di Sulut perlu mencontoh kearifan Frans Seda, karena sikap dan tindakannya yang menjaga keutuhan Pancasila dan NKRI. Bahkan menurut dia, Frans Seda selalu meredam emosi kalangan generasi muda di Sulut, untuk tidak memiliki pikiran melepaskan diri dari NKRI. Ini perlu dicatat di setiap lembaran kehidupan, agar generasi saat ini dan berikutnya tidak melupakan sejarah.

Posted via web from Jackson Kumaat

0 komentar: