Setelah Presiden Berpidato (http://www.tempointeraktif.com)

Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai hubungan Indonesia-Malaysia boleh dibilang kurang mengesankan. Kami setuju konflik di antara kedua negara harus diredam agar tidak meruncing. Tapi Presiden tidak membeberkan upaya pemerintah dalam menjaga dan menyelesaikan masalah perbatasan dengan negara tetangga. 

Penjelasan yang ditunggu-tunggu masyarakat itu disampaikan Presiden di Markas Besar TNI, kemarin malam. Ia mengungkapkan kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan insiden di perairan Bintan, 13 Agustus lalu. Saat itu tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan ditangkap oleh polisi laut Malaysia. Penangkapan ini dilakukan sebagai balasan atas penahanan tujuh nelayan Malaysia oleh petugas keamanan Indonesia. 

Kendati tiga petugas kita telah dibebaskan dan nelayan Malaysia juga sudah dilepaskan, insiden itu membuat hubungan kedua negara sedikit memanas. Berbagai demonstrasi muncul di negeri ini, memprotes tindakan pemerintah Malaysia. Bahkan tak sedikit pula kelompok masyarakat yang mendorong ke arah perang. 

Di tengah situasi seperti ini, sewajarnya Presiden berupaya keras meredakan suasana panas. Ia mengingatkan soal eratnya hubungan kedua negara dilihat dari segi budaya maupun sejarah. Kerja sama ekonomi pun terjalin saling menguntungkan. Presiden juga menggarisbawahi bahwa saat ini terdapat 2 juta pekerja kita yang mencari nafkah di Malaysia. Ada 13 ribu pelajar Indonesia yang belajar di negeri tetangga itu. Sebaliknya, sekitar 6.000 pelajar Malaysia belajar di negeri ini. 

Harus diakui, pilihan untuk tidak memperuncing keadaan itu amatlah tepat. Sudah bukan masanya lagi mengobarkan “perang”seperti yang terjadi di era Presiden Soekarno.Waktu itu dengan lantang Bung Karno menggunakan jargon “Ganyang Malaysia”untuk melawan kesewenang-wenangan Malaysia. Biarlah jargon politik Bung Karno itu menjadi bagian dari masa lalu. Kedua negara kini saling membutuhkan karena memiliki kepentingan yang sama di bidang ekonomi, investasi, pendidikan, dan pertahanan-keamanan. 

Masalahnya, dalam pidato itu Presiden tidak membeberkan secara konkret langkah untuk menyelesaikan masalah perbatasan di darat maupun di laut dengan Malaysia. Sebab, inilah yang sering memicu konflik.Yudhoyono memang menyeru agar perundingan dipercepat, terutama menyangkut perbatasan di sekitar perairan Riau dan perairan Sulawesi.Tapi, pertanyaannya, bagaimana jika Malaysia tetap enggan berunding dan terkesan mengulur-ulur waktu seperti yang terjadi selama ini? 

Presiden juga tidak menyinggung sama sekali soal kesiapan armada laut dan personel keamanan dalam menjaga perbatasan. Apakah kapal-kapal kita cukup untuk mengawasi perairan Indonesia yang begitu luas. Mestinya, urusan ini dibeberkan agar rakyat menjadi yakin bahwa pemerintah sudah berupaya keras menjaga kedaulatan negara ini. 

Mempertahankan hubungan baik dengan negara tetangga sungguh penting. Bahkan kita harus mengambil manfaat semaksimal mungkin dari hubungan ini bagi kesejahteraan rakyat.Tapi pemerintah seharusnya juga berupaya sekuat tenaga untuk menjaga dan mengurus seluruh sumber daya di negeri ini, termasuk di perbatasan laut maupun darat.

Posted via email from Jackson Kumaat

0 komentar: